pradivanews.com – CERITA Rakyat Belitong tentang asal muasal nama Padang Buang Anak, pada zaman dahulu kira-kira abad Xlll, Pulau Belitong pernah mengalami “Barat ljau” atau kemarau yang sangat panjang, melebihi kemarau-kemarau biasanya.
Akibat kemarau panjang tersebut, tanah menjadi kering kerontang dan retak-retak, sehingga tumbuh-tumbuhan pun banyak yang mati akibat teriknya panas matahari.
Tidak hanya itu, dimana-mana terjadi kekeringan air. Hewan-hewan ternak banyak yang sakit, bahkan banyak yang mati karena tidak mendapat rumput segar. Penduduk juga merasa sangat menderita akibat kesulitan untuk mendapatkan air minum.
Pada suatu hari, tersebutlah kisah seorang Ibu bernama Dambe yang berjalan terseok-seok menyusuri kaki Gunung Tajam, sambil menggendong anaknya yang masih bayi (baru pandai merangkak). Ibu Dambe bermaksud mencari air minum dengan membawa sebuah batok (tempurung) kelapa. Sementara itu anaknya terus menangis di dalam gendongan Ibu Dambe.
Setelah hampir setengah hari berjalan kesana kemari mencari air, Ibu Dambe pun merasa kelelahan dan merasa tenggorokannya kering akibat kehausan. Kemudian Ibu Dambe memutuskan untuk berhenti dan beristirahat dengan duduk di atas sebuah bongkahan batu. Sementara itu anaknya pun tertidur akibat kelelahan menangis.
Saat duduk tersebut Ibu Dambe melamun sambil berharap mendapat petunjuk untuk menemukan sumber air. Kemudian Ibu Dambe tiba-tiba melihat seekor kura-kura yang sedang berjalan tidak jauh dari tempatnya duduk. Melihat kura-kura itu, terlintaslah dipikirannya untuk mengikuti kura-kura tersebut. Di dalam hatinya mengatakan kura-kura pasti berjalan menuju ke tempat sumber air.
Ketika hendak pergi mengikuti kura-kura tersebut, Ibu Dambe bimbang karena teringat dengan anaknya. Namun kemudian Ibu Dambe memutuskan untuk mengikuti kura-kura, demi untuk menemukan sumber air. Tanpa berpikir panjang, ia pun berkemas dan meninggalkan anaknya di dekat bongkahan batu yang sempat ia duduki sebelumnya.