TPPS Kabupaten Beltim Targetkan Prevalensi Stunting 14 Persen

BELITUNG TIMUR, pradivanews.com – Pemerintah Kabupaten Belitung Timur (Pemkab Beltim) menargetkan prevalensi stunting pada balita sebesar 14 persen pada tahun 2024 mendatang. Untuk itu, Pemkab Beltim bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Beltim terus berupaya melakukan percepatan penurunan kasus stunting.

Hal ini disampaikan Sekretaris Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Beltim, Dianita Fitriani (Dian) usai acara Pembukaan Diseminasi Hasil Pengukuran Stunting Tingkat Kabupaten Beltim Tahun 2022 di Hotel Oasis, Kecamatan Manggar, Rabu (16/11/2022).

Menurut Dian, berdasarkan data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di Kabupaten Beltim berada di angka 22,06 persen. Namun berdasarkan data pengukuran total populasi yang dilakukan oleh DKPPKB Kabupaten Beltim tercatat hanya sekitar 4 persen.

Baca juga: Kasus Stunting di Kabupaten Belitung Menempati Posisi Terendah di Babel

“Balita kita ada 8.000-an, semuanya diukur yang kunjungan ke Posyandu maupun enggak diperiksa itu angkanya hanya sekitar 4 persen. Memang ada perbedaan karena untuk data SSGI itu menggunakan sampling, biasanya kalau tahun lalu itu hanya sekitar 300 yang diperiksa yang sifatnya representatif, yang udah diambil sampelnya tahun ini sudah 400”, ungkap Dian.

Ditambahkannya, selain intervensi gizi sensitif yang dilakukan TPPS, upaya pencegahan pun turut dilakukan oleh DKPPKB Kabupaten Beltim dengan melakukan intervensi spesifik, beberapa diantaranya yakni pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri atau intervensi langsung pemberian makan baduta.

“Kita berupaya untuk pencegahannya karena itu yang paling penting. Bagaimana melakukan pencegahan dalam 1000 hari pertama kehidupan, bahwa anak-anak bisa terpenuhi input gizinya dengan baik”, sebut Dian.

Baca Juga: PGRI Beltim Usulkan Burhanudin Terima Penghargaan Dwija Praja Nugraha

Ia melanjutkan, beberapa faktor penyebab stunting pun turut menjadi perhatian khusus, seperti keluarga yang tidak mempunyai sumber air minum utama yang layak, sanitasi yang kurang layak, pola asuh keluarga hingga pernikahan di usia dini.