Konsentrasi Penelitian LTJ Dititik Beratkan di Bangka Belitung

BELITUNG, pradivanews.com – Konsentrasi penelitian Logam Tanah Jarang (LTJ), salah satunya dititik beratkan di Provinsi Bangka Belitung (Babel). Mengingat beberapa senyawa pembentuk LTJ di Babel jauh lebih besar dari mineral monasit yang ada di negara lain.

Hal tersebut diungkapkan Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hendrian, Selasa (02/08/2022), dalam agenda rapat Koordinasi Penanganan Isu-Isu Lingkungan dan Pengelolaan Hutan yang berlangsung di Hotel Swiss Bell Tanjungpandan.

Dalam kesempatan tersebut Hendrian mengucapkan apresiasi kepada Menteri Koordinator Kementerian Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang telah memberikan arahan untuk mengoptimalisasi produk samping hasil pengolahan timah.

Baca Juga: Kementerian Pendidikan Tinjau Penerapan Kurikulum Merdeka di Kabupaten Beltim

Sebelumnya, produk samping hasil pengolahan timah tidak menjadi perhatian khusus. Disamping itu diikuti dengan penguatan, pengendalian, dan penegakan hukum yang baik agar proses pertambangan sampai pada pengolahan yang benar sesuai aturan.

“Saya ingin menyampaikan apresiasi kepada pak Menko Manves. Karena arahan pak Menko, optimalisasi produk samping pengolahan timah mulai dikerjakan dengan payung hukum yang sudah ada. Selain itu penguatan, pengawasan, pengendalian dan penegakan hukum pun harus berjalan dengan baik”, sebut Hendrian.

Dalam perjalanannya, menurut Hendrian penelitian LTJ sudah dilakukan sejak tahun 2018, tapi samplenya masih harus disempurnakan.

“Saya mendapat informasi teknis terkait LTJ, berdasarkan penelitian tahun 2018 samplingnya harus disempurnakan. Beberapa senyawa pembentuk LTJ di Bangka jauh lebih besar dari mineral monasit yang kita dapatkan di Myanmar dan negara lain”, ungkap Hendrian.

Baca Juga: Dianggap Membahayakan, Keberadaan Anjing Liar Menjadi Sorotan Tokoh Masyarakat

Dalam diskusi panel tersebut, Hendrian menjelaskan perjanjian kerjasama (PKS) 5 pihak bertujuan untuk melakukan riset tentang LTJ. Perencanaan riset diawali dengan dijadikan objek verifikasi pengolahan.

“Pilot plan akan dilaksanakan di kawasan pasar Jumat, disana sudah mempunyai teknologi untuk pemisahan Thorium dan sebagainya, dari monasit itu sendiri”, ujarnya.

Ditambahkannya, ada beberapa tahapan riset yang akan dilakukan mulai dari tahun 2022 sampai 2024, meliputi tahap awal 2022 untuk memverifikasi dan memvalidasi kinerja proses pengolahan monasit menjadi LTJ.

Selanjutnya, pada 2022 hingga 2023 tahapan demoplan LTJ Oksida. Kemudian pada tahun 2024 masuk pada tahapan pelaksanaan demoplan logam tanah jarang Oksida.

“Jika indikasi ini benar, dengan metodologi lebih dalam, maka ini harus jadi penguat kita agar lebih optimal untuk memanfaatkan LTJ”, pungkasnya. (rel)

Baca Juga: 50 Orang Ikuti Pelatihan Dewan Hakim MTQH yang Digelar LPTQ Beltim